Kamis, 03 Desember 2015

BAGAIMANA METODE JARIMATIKA DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR?



METODE JARIMATIKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR

Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia



Oleh
Dita Gayatri
2225141770

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2014
 


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting karena pendidikan merupakan penentu kemajuan suatu bangsa dan penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu negara. Dimana pada saat ini kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya saja tetapi juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusia sendiri bagaimana memanfaatkan suatu sumber daya alam yang ada di negaranya.
Matematika adalah mata pelajaran dasar yang sudah diajarkan kepada siswa  mulai penddikan awal sampai pendidikan akhir. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan menjadi induk dari mata pelajaran lain. Namun permasalahan saat ini ialah banyak siswa-siswi yang kurang mencintai pendidikan terutama pelajaran matematika. Kebanyakan siswa-siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran matematika yang disebabkan belum ada sesuatu hal yang mampu membangkitkan minat para siswa-siswi sekolah untuk menyukai pelajaran matematika.
Sampai saat sekarang ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Untuk mengatasi masalah ini guru harus menjadikan matematika sebagai sesuatu hal yang menarik dan menyenangkan, sehingga para pesera didik menyukai pelajaran matematika tersebut. untuk guru harus meciptakan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan siswa senang dan asyik dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran pada tingkat Sekolah Dasar merupakan tahapan penting bagi siswa karena proses pembelajaran pada tahap ini dapat mempengaruhi pola belajar untuk tahap selanjutnya. Pada tingkat awal, pemahaman siswa yang benar terhadap suatu konsep sangat penting sebagai modal dasar bagi penguasaan konsep yang lebih luas. Namun demikian, masih banyak siswa SD tingkat bawah yang belum paham tentang materi dasar matematika, seperti perkalian. Ketidakpahaman mereka disebabkan pleh cara penyajian materi yang kurang menarik, sehingga tidak memotivasi minat para siswa dalam belajar.
Salah satu kegiatan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar matematika adalah permainan. Permainan disini tentunya permainan yang mengandung unsur-unsur pelajaran matematika, seperti operasi perkalian. Untuk merangsang anak belajar operasi perkalian pada permulaan perlu diupayakan beberapa metode atau teknik pembelajaran matematika terutama dalam operasi hitung atau perkalian. Salah satu metode yang dapat digunakan yaitu metode jari tangan pada perkalian atau yang lebih dikenal dengan metode jarimatika sehingga anak akan lebih rajin dan termotivasi untuk belajar.
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Apakah metode jari tangan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tingkat Sekolah Dasar?
2.      Bagaimana penggunaan metode jari tangan atau jarimatika pada perkalian matematika?

1.3  Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Subjek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar kelas III.
2.      Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jari tangan pada perkalian matematika.

1.4  Tujuan Penelitian
Melihat uraian-uraian sebelumnya baik pada latar belakang masalah maupun pada rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.      Menjelaskan bahwa metode jari tangan dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan motivas belajar matematika tingkat Sekolah Dasar.
2.      Mendeskripsikan metode jari tangan pada perkalian matematika.

1.5  Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.      Siswa dapat menggunakan metode jari tangan dalam meningkatkan motivasi belajar matematika.
2.      Matematika dapat menjadi mata pelajaran yang menarik dan menyenangkan.
3.      Guru dapat menerapkan metode perkalian tangan dalam pembelajaran.
4.      Siswa dapat mempratikkan secara langsung metode perkalian jari tangan dengan mudah dan menarik.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1  Landasan Teori
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
“Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logika dan berhubungan dengan bilangan.” (Soedjadi, 2000: 11). Pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasinya merupakan cabang dari matematika. Dengna demikian tidaklah salah bahwa berhitung itu sangat penting dan mendasar dalam matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Unruk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indicator pembelajaran. (Dimyati, 1994: 15)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang bersifat abstrak yang bertumpu pada kesepakatan dan berhubungan dengan bilangan.
Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004: 8), belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya.
Menurut Bruner yang di kutip Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.5) pembelajaran matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep struktur-struktur matematika itu.
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar matematika di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajara matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan kegiatan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika di sekolah.
v  Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk mata pelajaran Matematika di SD sebagai berikut:
1.   Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2.   Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan.
3.   Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4.   Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi.

Oleh karena itu hasil dari pembelajaran Matematika akan nampak pada kemampuan berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

v  Tahap Penguasaan Matematika dalam Pembelajaran
Secara umum terdapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran Matematika di dalam pembelajaran, yaitu:penanaman konsep, pemahaman konsep, pembinaan ketrampilan dan penerapan konsep.



v  Teori-teori Pembelajaran Matematika
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran Matematika merupakan proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.

Brunner dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:1.6-7) manyatakan bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan, Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan, Tahap Simbolik.

Pembelajaran Matematika hendaknya dikembangkan dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan. Dengan demikian dalam pembelajaran Matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak cukup hanya satu contoh.

Selama ini media pembelajaran yang dipakai adalah alat peraga yang terbuat dari tripleks-tripleks. Tetapi seiring berkembangnya terknologi, media pembelajaran tersebut kurang menarik perhatian dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang lebih menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran secara umum.
Belajar matematika sebenarnya tidaklah terlalu susah, karena sebenarnya setap pelajaran yang memang kita mau pelajari pasti semuanya akan mudah diterima dan dimengerti, tetapi kebanyakan dari siswa selalu menganggap matematika itu ialah sebagai momok yang menakutkan. Beberapa penyebab siswa-siswi jenuh belajar matematika di antaranya adalah yang mencakup penekanan berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Oleh sebab itu, untuk mengatasi siswa-siswi jenuh matematika, maka pengajaran matematika pun harus dirubah. (Domyanti, 1994: 17).
Berdasarkan uraian diatas perlu kiranya dikembangkan suatu tindakan atau metode pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi siswa semakin meningkat. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah penggunaan metode perkalian jari tangan atau yang lebih dikenal dengan metode jarimatika. Metode ini sangat menarik untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika.
2.1.2        Hakikat Perkalian Jari Tangan atau Jarimatika
Septi Peni Wulandari (2008: 2 ) Jarimatika adalah cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah
Sedangkan menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk (2009: 19) “Jarimatika adalah suatu cara menghitung Matematika dengan menggunakan alat bantu jari”.
Dari kedua pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan alat bantu jari-jari tangan. Menurut (Wulandari, 2009)  Kelebihan jarimatika sebagai media pembelajaran di antaranya adalah:
a.       Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung.
b.      Gerakan jari-jari tangan akan menari minat anak.
c.       Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat di gunakan.
d.      Alat yang digunakan tidak perlu di beli.
Dalam perkembangan konsep matematika dengan menggunakan jarimatika, alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jari tangan yang dimiliki siswa dan peneliti. Dibawah ini merupakan langkah-langkah pembelajaran perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10):
1.      Siswa terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan.
2.      Siswa mengenali konsep operasi perkalian.
3.      Siswa sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi.
4.      Mengenal lambang-lambang yang digunakan di dalam jarimatika.
5.      Siswa diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai berikut:
Rumus: (T1 + T2) + (B1 x B2)
Keterangan:
T1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)
T2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)
B1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan)
B2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan)
6.      Guru dan siswa melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan jari tangan.
Contoh: perkalian 7 dan 8
Tangan kanan (7) : kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).
Tangan kiri (8) : kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup (dilipat).
7 x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut. Jari yang ditutup bernilai puluhan, dijumlahkan. Jari yang terbuka bernilai satuan, dikalikan.
Formasi Jarimatikanya adalah sebagai berikut:
7 x 8    = (T1 + T2) + (B1 x B2)
= (20 + 30) + (3 x 2)
= 50 + 6
= 56
7.      Ajak siswa terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika.
8.      Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan untuk menghafal.
Menggunakan metode perkalian jari tangan mungkin sudah banyak yang mengetahuinya. Metode dengan menggunakan jari tangan ini dianggap sangat bermanfaat untuk diajarkan kepada anak-anak terutama yang masih duduk di bangku sekolah dasar. Cara yang mudah dan praktis bagi anak-anak saat mengerjakan soal-soal matematika. Mereka masih jarang diberikan tuas matematika yang rumit atau operasi matematika yang melibatkan angka dalam hitungan ratusan, ribuan, dan seterusnya.. metode perkalian dengan menggunakan jari tangan ini hanya untuk mengerjakan operasional perkalian yang sederhana. Terutama perkalian yang melibatkan angka 6 hingga 9. (Nurkancana, 1992)
2.2  Penelitian Relevan
Adapun beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Gunawan Ari Saputro. 2009. Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret dalam skripsinya yang berjudul “Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab. Semarang Tahun Ajaran 2008/2009”.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan kedua pengajaran yang diterapkan dalam penelitian ini yaitu sempoa dan jarimatika. Masing-masing mengungkapkan bahwa penggunaan media jarimatika maupun sempoa mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa baik pengajaran dengan menggunakan media sempoa maupun media jarimatika keduanya mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama mengkaji pembelajaran yang menggunakan teknik atau metode perkalian jari tangan atau jarimatika.

2.3  Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.      Kemampuan berhitung dan konsep perkalian siswa yang mendapatkan model pembelajaran  dengan metode perkalian jari tangan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
2.      Terdapat peningkatan kemampuan berhitung siswa terhadap materi perkalian.




BAB III
METODE PENELITIAN

3.1  Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang dipakai dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan dengan mengambil data dari berbagai sumber, yaitu dari buku-buku, artikel, kamus dan sumber-sumber lain diinternet. Selain itu penelitian dilakukan dengan eksperimen langsung terhadap siswa Sekolah Dasar kelas III dalam proses penggunaan metode berhitung perkalian dengan menggunakan jari tangan atau jarimatika.

3.2  Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar kelas III.

3.3  Instrumen Penelitian
            Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, S, 2002:136). Instrumen penelitian ini akan menentukan keberhasilan penelitian karena instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang di hadapi dalam penelitian.
            Penelitian ini menggunakan instrumen tes (pretest dan postest), menurut Arikunto (dalam Fani, 2014) Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan berhitung dan perkalian kepada siswa.

3.4  Data dan Teknik Pengumpulan Data
            Data diambil dengan cara percobaan dan penelitian. Pada penelitian ini menggunakan teknik observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

3.5  Teknik Analisis Data
            Data diuraikan dengan proses penyusunan secara sistematis agar peneliti dapat menyajikan penelitiannya dengan baik.




BAB IV
PEMBAHASAN

4.1  Jarimatika
Jarimatika merupakan sebuah cara berhitung cepat dengan menggunakan jari tangan. Meski hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika kita mampu melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang).
Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak dan alatnya selalu tersedia. Bahkan saat ujian kita tidak perlu khawatir alatnya akan disita atau ketinggalan karena alatnya adalah jari tangan kita sendiri.

v  Penggunaan Metode
Dibandingkan dengan metode lain, metode jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu, metode ini disampaikan secara menyenangkan, sehingga anak-anak merasa senang dan menganggap matematika pelajaran yang gampang.

v  Keistimewaan
1)      Memberikan visualisasi proses berhitung.
2)      Menggembirakan anak saat digunakan.
3)      Tidak memberatkan memori.
4)      Alatnya gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita.
5)      Pengaruh daya piker dan psikologis.
6)      Karena diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak akan senantiasa terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
7)      Membiasakan anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.
8)      Tidak memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan langkah awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu matematika secara luas.

v  Keefektifan Metode Jarimatika
Sekilas cara metode jarimatika ini mirip teknik sempoa atau mental aritmatika. Dalam metode sempoa, anak-anak berhitung dengan menggunakan alat bantu soroban atau sempoa. Siapa saja yang mempelajarinya dapat mengitung dengan cepat. Tetapi metode ini kurang efektif karena membuat anak tergantung pada peraga. Dibandingkan dengan sempoa, jarimatika lebih efektif, karena metode ini mudah diterima oleh anak dan tidak perlu menggunakan alat peraga tambahan, hanya dengan bantuan tangan.

4.2  Penggunaan Metode Jari Tangan atau Jarimatika pada Perkalian Matematika
v  Cara Penggunaan Metode Perkalian Jari Tangan Dalam Matematika adalah sebagai berikut:
a.       Yang digunakan adalah tangan kanan dan kiri yang masing-masing memiliki lima jari dan masing-masing ajri dalam posisi berdiri.
b.      Tangan kiri digunakan untuk menghitung soal satu angka yang akan dikalikan, sedangkan tangan kanan untuk menghitung angka yangt lain.
c.       Patokan menghitung adalah mulai dari angka 6 (hitungan 6) yaitu jari kelingking.
d.      Setelah kita menghitung dari angka 6 (patokan), jari ditekuk dan jari yang ditekuk tadi menjadi angka puluhan, sedang yang masih berdiri adalah angka satuan.
e.       Jumlah jari masih berdiri di tangan kanan dikalikan dengan jumlah jari yang masih bediri di tangan kiril. Kemudian hasilnya dijumlahkan dengan nilai jari yang ditekuk baik yang di tangan kanan maupun kiri, maka didapatlah hasil perkaliannya.

v  Praktek penerapan penggunaan metode perkalian jari tangan pada siswa sekolah dasar kelas III
Jumlah siswa   : 3 orang
Jenis kelamin   : perempuan
Nama               : 1. Nabila, usia 9 tahun
                          2. Windi, usia 9 tahun
                          3. Wafi, usia 9 tahun
Pemberian materi : Pengenalan lambang angka dengan jari
·         Angka 6, dengan jari kelingking
·         Angka 7, dengan jari manis
·         Angka 8, dengan jari tengah
·         Angka 9, dengan jari telunjuk
·         Angka 10, dengan jari jempol
Selanjutnya peneliti memberikan soal perkalian 6 x 7, lalu peneliti mengajarkan cara-cara penggunaan jarimatika.
Pertama jari kelingking (angka 6) tangan kiri ditekuk, lalu jari kelingking dan jari manis (angka 7) tangan kanan juga di tekuk. Jari yang ditekuk dianggap puluhan, dan jari yang berdiri dianggap satuan. Kemudian jari tangan kanan yang berdiri dikalikan dengan jari tangan kiri yang berdiri, yaitu 3 x 4 (3 jumlah jari tangan kanan yang berdiri dan 4 jumlah jari tangan kiri yang berdiri). Selanjutnya jumlah jari yang ditekuk (puluhan) dijumlahkan dan ditambah dengan perkalian jari yang berdiri, maka diperoleh: (10 + 20) + (3 x 4) = 30 +12 = 42
Lalu peneliti memberikan soa-soal perkalian yang lain dan siswa tersebut mulai memahami metode perkalian jari tangan.

4.3  Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, didapat bahwa penggunaan metode jarimatika dalam pembelajaran perkalian matematika tingkat sekolah dasar cukup efektif. Siswa lebih mudah memahami konsep perkalian dan hitungan matematika tanpa harus menghafal seperti yang kebanyakan diajarkan guru disekolah secara konvensional. Dengan metode siswa tidak lagi berfikiran bahwa perkalian matematika tersebut sulit dan membosankan. Karena metode ini dilaksanakan dengan menyenangkan dan tanpa adanya penekanan terhadap memori otak siswa.
Kemampuan berhitung siswa dalam perkalian juga mengalami peningkatan. Siswa mampu berhitung dan menyelasaikan soal-soal perkalian dengan cepat, tanpa harus memakai kalkulator, sempoa, maupun alat bantu lain. Siswa cukup menggunakan jari tangan mereka.
Setelah dilakukan penelitian penggunaan metode jarimatika dalam perkalian matematika terhadap siswa Sekolah Dasar, didapatkan bahwa siswa mulai termotivasi untuk lebih menyukai pelajaran matematika. Dan hasil dari penelitian ini ternyata hasilnya sama dengan hipotesis.

4.4  Tanggapan Penulis Terhadap Metode Jarimatika
Berdasarkan penjelasan yang telah diberikan, dapat peulis tanggapi bahwa metode jarimatika cukup efektif dalam membantu siswa belajar berhitung cepat dan lebih memotivasi siswa bahwa matematika sesulit yang mereka pikirkan. Karena metode ini mudah, praktis, serta tidak perlu menggunakan alat bantu tambahan.
Meskipun metode jarimatika cukup efektif, tetapi dibutuhkan banyak waktu dalam pengajaran serta latihannya, serta diperlukan matangnya pemahaman anak terhadap konsep angka dan bilangan. Metode jarimatika ini akan mudah diterima oleh anak apabila dilakukan dengan kegembiraan.




BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Jarimatika merupakan sebuah cara berhitung cepat dengan menggunakan jari tangan. metode jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu, metode ini disampaikan secara menyenangkan, sehingga anak-anak merasa senang dan menganggap matematika pelajaran yang gampang.
Penggunaan metode jarimatika dalam pembelajaran perkalian matematika tingkat sekolah dasar cukup efektif. Siswa lebih mudah memahami konsep perkalian dan hitungan matematika tanpa harus menghafal seperti yang kebanyakan diajarkan guru disekolah secara konvensional. Dengan metode siswa tidak lagi berfikiran bahwa perkalian matematika tersebut sulit dan membosankan. Karena metode ini dilaksanakan dengan menyenangkan dan tanpa adanya penekanan terhadap memori otak siswa. Kemampuan berhitung siswa dalam perkalian juga mengalami peningkatan.
Meskipun metode jarimatika cukup efektif, tetapi dibutuhkan banyak waktu dalam pengajaran serta latihannya, serta diperlukan matangnya pemahaman anak terhadap konsep angka dan bilangan. Metode jarimatika ini akan mudah diterima oleh anak apabila dilakukan dengan kegembiraan.

5.2  Saran
·         Saran untuk guru
Guru hendaknya mengupayakan tindak lanjut terhadap penerapan teknik jarimatika pada pembelajaran yang dilaksanakan.
·         Saran untuk siswa
Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan,  motivasi belajar dan mengembangkan keberanian untuk bertanya kepada guru terhadap materi yang belum jelas, sehingga apa yang belum dipahami akan dijelaskan oleh guru.
·         Saran untuk peneliti
Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang  sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran menggunakan teknik jarimatika guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

Budyono, Tri.2008. Mahir Berhitung dengan Jari Tangan. Jakarta: CV Sinar Jaya
Abadi
Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Depdikbud
Septi Peni Wulandari. 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Tangerang: PT Kawan Pustaka
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Drpartemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar