METODE JARIMATIKA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA TINGKAT SEKOLAH DASAR
Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk Memenuhi Salah
Satu Tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh
Dita Gayatri
2225141770
PENDIDIKAN
MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN
AGENG TIRTAYASA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang
sangat penting karena pendidikan merupakan penentu kemajuan suatu bangsa dan
penentu kemampuan sumber daya manusia di suatu negara. Dimana pada saat ini
kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari kekayaan sumber daya alamnya saja
tetapi juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusia sendiri bagaimana
memanfaatkan suatu sumber daya alam yang ada di negaranya.
Matematika adalah mata pelajaran dasar
yang sudah diajarkan kepada siswa mulai
penddikan awal sampai pendidikan akhir. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting
dan menjadi induk dari mata pelajaran lain. Namun permasalahan saat ini ialah
banyak siswa-siswi yang kurang mencintai pendidikan terutama pelajaran matematika.
Kebanyakan siswa-siswi sekolah jenuh terhadap pelajaran matematika yang
disebabkan belum ada sesuatu hal yang mampu membangkitkan minat para
siswa-siswi sekolah untuk menyukai pelajaran matematika.
Sampai
saat sekarang ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan. Untuk mengatasi masalah ini guru harus
menjadikan matematika sebagai sesuatu hal yang menarik dan menyenangkan,
sehingga para pesera didik menyukai pelajaran matematika tersebut. untuk guru
harus meciptakan kegiatan-kegiatan yang menyebabkan siswa senang dan asyik
dalam mempelajari matematika.
Pembelajaran
pada tingkat Sekolah Dasar merupakan tahapan penting bagi siswa karena proses
pembelajaran pada tahap ini dapat mempengaruhi pola belajar untuk tahap
selanjutnya. Pada tingkat awal, pemahaman siswa yang benar terhadap suatu
konsep sangat penting sebagai modal dasar bagi penguasaan konsep yang lebih
luas. Namun demikian, masih banyak siswa SD tingkat bawah yang belum paham
tentang materi dasar matematika, seperti perkalian. Ketidakpahaman mereka
disebabkan pleh cara penyajian materi yang kurang menarik, sehingga tidak
memotivasi minat para siswa dalam belajar.
Salah
satu kegiatan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar matematika adalah
permainan. Permainan disini tentunya permainan yang mengandung unsur-unsur
pelajaran matematika, seperti operasi perkalian. Untuk merangsang anak belajar
operasi perkalian pada permulaan perlu diupayakan beberapa metode atau teknik
pembelajaran matematika terutama dalam operasi hitung atau perkalian. Salah
satu metode yang dapat digunakan yaitu metode jari tangan pada perkalian atau
yang lebih dikenal dengan metode jarimatika sehingga anak akan lebih rajin dan
termotivasi untuk belajar.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah metode
jari tangan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa tingkat Sekolah Dasar?
2.
Bagaimana penggunaan metode jari tangan atau jarimatika pada
perkalian matematika?
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Subjek
penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar kelas III.
2.
Model
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode jari tangan pada
perkalian matematika.
1.4
Tujuan Penelitian
Melihat
uraian-uraian sebelumnya baik pada latar belakang masalah maupun pada rumusan
masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Menjelaskan
bahwa metode jari tangan dapat menjadi salah satu upaya dalam meningkatkan motivas
belajar matematika tingkat Sekolah Dasar.
2.
Mendeskripsikan metode jari tangan pada perkalian
matematika.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Siswa dapat menggunakan metode jari tangan dalam
meningkatkan motivasi belajar matematika.
2.
Matematika dapat menjadi mata pelajaran yang menarik dan
menyenangkan.
3.
Guru dapat
menerapkan metode perkalian tangan dalam pembelajaran.
4.
Siswa dapat mempratikkan secara langsung metode perkalian
jari tangan dengan mudah dan menarik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Matematika menurut Soedjadi (2000: 13) yaitu
memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang
deduktif.
“Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran
logika dan berhubungan dengan bilangan.” (Soedjadi, 2000: 11). Pengetahuan
tentang bilangan dan kalkulasinya merupakan cabang dari matematika. Dengna
demikian tidaklah salah bahwa berhitung itu sangat penting dan mendasar dalam
matematika.
Matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat
abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang
tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Unruk itu diperlukan
model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi
dasar dan indicator pembelajaran. (Dimyati, 1994: 15)
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa matematika adalah mata pelajaran yang bersifat abstrak yang bertumpu pada
kesepakatan dan berhubungan dengan bilangan.
Menurut J. Bruner dalam Hidayat (2004: 8), belajar
merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal
baru di luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Pengetahuan perlu
dipelajari dalam tahap-tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat
diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) manusia yang mempelajarinya.
Menurut Bruner yang di kutip Nyimas Aisyah dkk
(2007: 1.5) pembelajaran matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan
struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari,
serta mencari hubungan antara konsep-konsep struktur-struktur matematika itu.
Menurut Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran
matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan
suasana lingkungan (kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar
matematika di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa pembelajara matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan suasana yang memungkinkan kegiatan siswa mempelajari hubungan
antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika di sekolah.
v
Tujuan Pembelajaran
Matematika di Sekolah Dasar
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk mata pelajaran Matematika di SD sebagai berikut:
1. Melatih
cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
2. Mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan.
3. Mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi.
Oleh
karena itu hasil dari pembelajaran Matematika akan nampak pada kemampuan
berpikir yang matematis dalam diri siswa, yang bermuara pada kemampuan
menggunakan Matematika sebagai bahasa dan alat dalam menyelesaikan masalah
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
v Tahap
Penguasaan Matematika dalam Pembelajaran
Secara
umum terdapat 4 tahapan aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran
Matematika di dalam pembelajaran, yaitu:penanaman konsep, pemahaman konsep,
pembinaan ketrampilan dan penerapan konsep.
v Teori-teori
Pembelajaran Matematika
Menurut
Nyimas Aisyah dkk (2007: 1.4) pembelajaran Matematika merupakan proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
(kelas/sekolah) yang memungkinkan kegiatan siswa belajar Matematika di sekolah.
Brunner
dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:1.6-7) manyatakan bahwa dalam belajar Matematika
ada tiga tahapan yaitu : Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan, Tahap Ikonik atau
Tahap Gambar Bayangan, Tahap Simbolik.
Pembelajaran
Matematika hendaknya dikembangkan dari yang mudah ke yang sukar, sehingga dalam
memberikan contoh guru juga harus memperhatikan tentang tingkat kesukaran dari
materi yang disampaikan. Dengan demikian dalam pembelajaran Matematika
contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak cukup hanya satu
contoh.
Selama
ini media pembelajaran yang dipakai adalah alat peraga yang terbuat dari
tripleks-tripleks. Tetapi seiring
berkembangnya terknologi, media pembelajaran tersebut kurang menarik perhatian
dan minat siswa. Untuk itu diperlukan suatu media pembelajaran yang lebih
menarik perhatian dan minat siswa tanpa mengurangi fungsi media pembelajaran
secara umum.
Belajar matematika sebenarnya tidaklah
terlalu susah, karena sebenarnya setap pelajaran yang memang kita mau pelajari
pasti semuanya akan mudah diterima dan dimengerti, tetapi kebanyakan dari siswa
selalu menganggap matematika itu ialah sebagai momok yang menakutkan. Beberapa
penyebab siswa-siswi jenuh belajar matematika di antaranya adalah yang mencakup
penekanan berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan atau
berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi dalam proses belajar-mengajar
matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Oleh sebab itu,
untuk mengatasi siswa-siswi jenuh matematika, maka pengajaran matematika pun
harus dirubah. (Domyanti, 1994: 17).
Berdasarkan uraian diatas perlu kiranya
dikembangkan suatu tindakan atau metode pembelajaran yang dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa sehingga prestasi siswa semakin meningkat. Salah satu
metode yang dapat digunakan adalah penggunaan metode perkalian jari tangan atau
yang lebih dikenal dengan metode jarimatika. Metode ini sangat menarik untuk
diterapkan dalam pembelajaran matematika.
2.1.2
Hakikat Perkalian Jari Tangan atau Jarimatika
Septi
Peni Wulandari (2008: 2 ) Jarimatika adalah cara berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang)
dengan menggunakan jari-jari tangan. Jarimatika adalah sebuah cara sederhana
dan menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah
Sedangkan
menurut Dwi Sunar Prasetyono, dkk (2009: 19) “Jarimatika adalah suatu cara
menghitung Matematika dengan menggunakan alat bantu jari”.
Dari
kedua pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa jarimatika adalah suatu cara
berhitung (operasi kali-bagi-tambah-kurang) dengan menggunakan alat bantu jari-jari
tangan. Menurut (Wulandari, 2009)
Kelebihan jarimatika sebagai media pembelajaran di antaranya adalah:
a.
Jarimatika memberikan
visualisasi proses berhitung.
b.
Gerakan jari-jari tangan
akan menari minat anak.
c.
Jarimatika relatif tidak
memberatkan memori otak saat di gunakan.
d.
Alat yang digunakan tidak
perlu di beli.
Dalam
perkembangan konsep matematika dengan menggunakan jarimatika, alat bantu yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jari tangan yang dimiliki siswa dan
peneliti. Dibawah ini merupakan langkah-langkah pembelajaran perkalian kelompok
dasar (bilangan 6-10):
1.
Siswa terlebih dahulu perlu
memahami angka atau lambang bilangan.
2.
Siswa mengenali konsep
operasi perkalian.
3.
Siswa sebelumnya diajak
bergembira, bisa dengan bernyanyi.
4.
Mengenal lambang-lambang
yang digunakan di dalam jarimatika.
5.
Siswa diajarkan cara-cara
menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai
berikut:
Rumus: (T1 + T2) + (B1 x
B2)
Keterangan:
T1 =
jari tangan kanan yang ditutup (puluhan)
T2 =
jari tangan kiri yang ditutup (puluhan)
B1 =
jari tangan kanan yang dibuka (satuan)
B2 =
jari tangan kiri yang dibuka (satuan)
6.
Guru dan siswa melakukan
operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan jari tangan.
Contoh: perkalian
7 dan 8
Tangan kanan (7) :
kelingking dan jari manis ditutup (dilipat).
Tangan kiri (8) :
kelingking, jari manis, dan jari tengah ditutup (dilipat).
7
x 8 dapat diselesaikan sebagai berikut. Jari yang
ditutup bernilai puluhan, dijumlahkan. Jari yang terbuka bernilai satuan,
dikalikan.
Formasi Jarimatikanya
adalah sebagai berikut:
7 x
8 = (T1 + T2) + (B1 x B2)
=
(20 + 30) + (3 x 2)
=
50 + 6
=
56
7.
Ajak siswa terus
bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika.
8.
Melakukan latihan secara
rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan untuk menghafal.
Menggunakan metode perkalian jari tangan
mungkin sudah banyak yang mengetahuinya. Metode dengan menggunakan jari tangan
ini dianggap sangat bermanfaat untuk diajarkan kepada anak-anak terutama yang
masih duduk di bangku sekolah dasar. Cara yang mudah dan praktis bagi anak-anak
saat mengerjakan soal-soal matematika. Mereka masih jarang diberikan tuas
matematika yang rumit atau operasi matematika yang melibatkan angka dalam
hitungan ratusan, ribuan, dan seterusnya.. metode perkalian dengan menggunakan
jari tangan ini hanya untuk mengerjakan operasional perkalian yang sederhana.
Terutama perkalian yang melibatkan angka 6 hingga 9. (Nurkancana, 1992)
2.2
Penelitian Relevan
Adapun beberapa
penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
Gunawan Ari
Saputro. 2009. Mahasiswa FKIP Universitas Sebelas Maret dalam skripsinya yang
berjudul “Efektifitas Pengajaran Sempoa dan Jarimatika untuk Mengatasi
Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas I SDN Candirejo kab. Semarang Tahun
Ajaran 2008/2009”.
Berdasarkan
hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dengan kedua pengajaran yang diterapkan
dalam penelitian ini yaitu sempoa dan jarimatika. Masing-masing mengungkapkan
bahwa penggunaan media jarimatika maupun sempoa mampu meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa baik pengajaran dengan
menggunakan media sempoa maupun media jarimatika keduanya mampu meningkatkan
prestasi belajar matematika siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah sama-sama mengkaji pembelajaran yang menggunakan
teknik atau metode perkalian jari tangan atau jarimatika.
2.3 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1.
Kemampuan
berhitung dan konsep perkalian siswa yang mendapatkan model pembelajaran dengan metode perkalian jari tangan lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.
2. Terdapat
peningkatan kemampuan berhitung siswa terhadap materi perkalian.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai dalam
pembuatan karya ilmiah ini adalah studi
kepustakaan dengan mengambil
data dari berbagai sumber, yaitu dari buku-buku, artikel, kamus dan
sumber-sumber lain diinternet. Selain itu penelitian dilakukan dengan
eksperimen langsung terhadap siswa Sekolah Dasar kelas III dalam proses
penggunaan metode berhitung perkalian dengan menggunakan jari tangan atau
jarimatika.
3.2 Subjek Penelitian
Subyek penelitian
ini adalah siswa Sekolah
Dasar kelas III.
3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, S, 2002:136).
Instrumen penelitian ini akan menentukan keberhasilan penelitian karena
instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah
yang di hadapi dalam penelitian.
Penelitian
ini menggunakan instrumen tes (pretest dan postest), menurut Arikunto (dalam
Fani, 2014) Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan berhitung dan
perkalian kepada siswa.
3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data diambil dengan cara percobaan dan penelitian. Pada
penelitian ini menggunakan teknik observasi yaitu suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis.
3.5 Teknik Analisis Data
Data diuraikan dengan proses penyusunan secara sistematis
agar peneliti dapat menyajikan penelitiannya dengan baik.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Jarimatika
Jarimatika merupakan sebuah cara
berhitung cepat dengan menggunakan jari tangan. Meski hanya menggunakan jari
tangan, tapi dengan metode jarimatika kita mampu melakukan operasi bilangan
KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang).
Metode ini
sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun sangat mengasyikkan, karena
jarimatika tidak membebani memori otak dan alatnya selalu tersedia. Bahkan saat
ujian kita tidak perlu khawatir alatnya akan disita atau ketinggalan karena
alatnya adalah jari tangan kita sendiri.
v Penggunaan
Metode
Dibandingkan
dengan metode lain, metode jarimatika lebih menekankan pada penguasaan konsep
terlebih dahulu baru ke cara cepatnya, sehingga anak-anak menguasai ilmu secara
matang. Selain itu, metode ini disampaikan secara menyenangkan, sehingga anak-anak
merasa senang dan menganggap matematika pelajaran yang gampang.
v Keistimewaan
1) Memberikan
visualisasi proses berhitung.
2) Menggembirakan
anak saat digunakan.
3) Tidak
memberatkan memori.
4) Alatnya
gratis, selalu terbawa dan tidak dapat disita.
5) Pengaruh
daya piker dan psikologis.
6) Karena
diberikan secara menyenangkan maka sistem limbik di otak akan senantiasa
terbuka sehingga memudahkan anak dalam menerima materi baru.
7) Membiasakan
anak mengembangkan otak kanan dan kirinya, baik secara motorik maupun secara
fungsional, sehingga otak bekerja lebih optimal.
8) Tidak
memberatkan memori otak, sehingga anak menganggap mudah, dan ini merupakan
langkah awal membangun rasa percaya dirinya untuk lebih jauh menguasai ilmu
matematika secara luas.
v Keefektifan
Metode Jarimatika
Sekilas cara metode jarimatika ini mirip teknik sempoa
atau mental aritmatika. Dalam metode sempoa, anak-anak berhitung dengan
menggunakan alat bantu soroban atau sempoa. Siapa saja yang mempelajarinya
dapat mengitung dengan cepat. Tetapi metode ini kurang efektif karena membuat
anak tergantung pada peraga. Dibandingkan dengan sempoa, jarimatika lebih
efektif, karena metode ini mudah diterima oleh anak dan tidak perlu menggunakan
alat peraga tambahan, hanya dengan bantuan tangan.
4.2 Penggunaan Metode Jari Tangan atau Jarimatika pada
Perkalian Matematika
v
Cara
Penggunaan Metode Perkalian Jari Tangan Dalam Matematika adalah sebagai
berikut:
a. Yang
digunakan adalah tangan kanan dan kiri yang masing-masing memiliki lima jari dan
masing-masing ajri dalam posisi berdiri.
b. Tangan
kiri digunakan untuk menghitung soal satu angka yang akan dikalikan, sedangkan
tangan kanan untuk menghitung angka yangt lain.
c. Patokan
menghitung adalah mulai dari angka 6 (hitungan 6) yaitu jari kelingking.
d. Setelah
kita menghitung dari angka 6 (patokan), jari ditekuk dan jari yang ditekuk tadi
menjadi angka puluhan, sedang yang masih berdiri adalah angka satuan.
e. Jumlah
jari masih berdiri di tangan kanan dikalikan dengan jumlah jari yang masih
bediri di tangan kiril. Kemudian hasilnya dijumlahkan dengan nilai jari yang
ditekuk baik yang di tangan kanan maupun kiri, maka didapatlah hasil
perkaliannya.
v Praktek
penerapan penggunaan metode perkalian jari tangan pada siswa sekolah dasar
kelas III
Jumlah siswa : 3 orang
Jenis kelamin : perempuan
Nama : 1. Nabila, usia 9 tahun
2. Windi, usia 9 tahun
3. Wafi, usia 9 tahun
Pemberian materi : Pengenalan
lambang angka dengan jari
·
Angka 6, dengan jari kelingking
·
Angka 7, dengan jari manis
·
Angka 8, dengan jari tengah
·
Angka 9, dengan jari telunjuk
·
Angka 10, dengan jari jempol
Selanjutnya peneliti memberikan soal perkalian 6 x 7,
lalu peneliti mengajarkan cara-cara penggunaan jarimatika.
Pertama jari
kelingking (angka 6) tangan kiri ditekuk, lalu jari kelingking dan jari manis
(angka 7) tangan kanan juga di tekuk. Jari yang ditekuk dianggap puluhan, dan
jari yang berdiri dianggap satuan. Kemudian jari tangan kanan yang berdiri
dikalikan dengan jari tangan kiri yang berdiri, yaitu 3 x 4 (3 jumlah jari
tangan kanan yang berdiri dan 4 jumlah jari tangan kiri yang berdiri).
Selanjutnya jumlah jari yang ditekuk (puluhan) dijumlahkan dan ditambah dengan
perkalian jari yang berdiri, maka diperoleh: (10 + 20) + (3 x 4) = 30 +12 = 42
Lalu peneliti
memberikan soa-soal perkalian yang lain dan siswa tersebut mulai memahami
metode perkalian jari tangan.
4.3 Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian, didapat
bahwa penggunaan metode jarimatika dalam pembelajaran perkalian matematika
tingkat sekolah dasar cukup efektif. Siswa lebih mudah memahami konsep perkalian
dan hitungan matematika tanpa harus menghafal seperti yang kebanyakan diajarkan
guru disekolah secara konvensional. Dengan metode siswa tidak lagi berfikiran
bahwa perkalian matematika tersebut sulit dan membosankan. Karena metode ini
dilaksanakan dengan menyenangkan dan tanpa adanya penekanan terhadap memori
otak siswa.
Kemampuan berhitung siswa dalam
perkalian juga mengalami peningkatan. Siswa mampu berhitung dan menyelasaikan
soal-soal perkalian dengan cepat, tanpa harus memakai kalkulator, sempoa,
maupun alat bantu lain. Siswa cukup menggunakan jari tangan mereka.
Setelah dilakukan penelitian penggunaan
metode jarimatika dalam perkalian matematika terhadap siswa Sekolah Dasar,
didapatkan bahwa siswa mulai termotivasi untuk lebih menyukai pelajaran matematika.
Dan hasil dari penelitian ini ternyata hasilnya sama
dengan hipotesis.
4.4 Tanggapan Penulis Terhadap Metode
Jarimatika
Berdasarkan penjelasan yang telah
diberikan, dapat peulis tanggapi bahwa metode jarimatika cukup efektif dalam
membantu siswa belajar berhitung cepat dan lebih memotivasi siswa bahwa
matematika sesulit yang mereka pikirkan. Karena metode ini mudah, praktis,
serta tidak perlu menggunakan alat bantu tambahan.
Meskipun metode jarimatika cukup
efektif, tetapi dibutuhkan banyak waktu dalam pengajaran serta latihannya,
serta diperlukan matangnya pemahaman anak terhadap konsep angka dan bilangan. Metode
jarimatika ini akan mudah diterima oleh anak apabila dilakukan dengan
kegembiraan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Jarimatika merupakan sebuah cara
berhitung cepat dengan menggunakan jari tangan. metode jarimatika lebih
menekankan pada penguasaan konsep terlebih dahulu baru ke cara cepatnya,
sehingga anak-anak menguasai ilmu secara matang. Selain itu, metode ini
disampaikan secara menyenangkan, sehingga anak-anak merasa senang dan
menganggap matematika pelajaran yang gampang.
Penggunaan metode jarimatika dalam
pembelajaran perkalian matematika tingkat sekolah dasar cukup efektif. Siswa
lebih mudah memahami konsep perkalian dan hitungan matematika tanpa harus
menghafal seperti yang kebanyakan diajarkan guru disekolah secara konvensional.
Dengan metode siswa tidak lagi berfikiran bahwa perkalian matematika tersebut
sulit dan membosankan. Karena metode ini dilaksanakan dengan menyenangkan dan tanpa
adanya penekanan terhadap memori otak siswa. Kemampuan berhitung siswa dalam
perkalian juga mengalami peningkatan.
Meskipun metode jarimatika cukup
efektif, tetapi dibutuhkan banyak waktu dalam pengajaran serta latihannya,
serta diperlukan matangnya pemahaman anak terhadap konsep angka dan bilangan. Metode
jarimatika ini akan mudah diterima oleh anak apabila dilakukan dengan
kegembiraan.
5.2 Saran
·
Saran
untuk guru
Guru hendaknya mengupayakan tindak
lanjut terhadap penerapan teknik jarimatika pada pembelajaran yang
dilaksanakan.
·
Saran
untuk siswa
Siswa harus lebih mengembangkan
inisiatif, kreativitas, keaktifan,
motivasi belajar dan mengembangkan keberanian untuk bertanya kepada guru
terhadap materi yang belum jelas, sehingga apa yang belum dipahami akan dijelaskan
oleh guru.
·
Saran
untuk peneliti
Peneliti yang hendak mengkaji
permasalahan yang sama hendaknya lebih
cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan
pembelajaran menggunakan teknik jarimatika guna melengkapi kekurangan yang ada
serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan berhitung
siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Budyono,
Tri.2008.
Mahir Berhitung dengan Jari Tangan. Jakarta: CV Sinar Jaya
Abadi
Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Depdikbud
Septi Peni
Wulandari. 2008. Jarimatika Perkalian dan Pembagian. Tangerang: PT Kawan
Pustaka
Soedjadi. 2000.
Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas
Nyimas Aisyah, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran
Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Drpartemen Pendidikan Nasional.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/mathematics/2113729-jarimatika-berhitung-mudah-dan-menyenangkan/, di akses
tanggal 25 Desember 2014
http://kotabumi-lampura.blogspot.com/2012/11/perkalian-jari-tangan.htm/, diakes pada 26 Desember 2014
http://tutilistina.blogspot.in/2012/07/jariamtika-untuk-anak-usia-dini.htm/, diakses pada 26 Desember 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar