Rabu, 30 September 2015

Bagaimana Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Peningkatan Hasil Prestasi Peserta Didik?



Tugas dan peranan orang tua terhadap anaknya ialah mengasuh, membesarkan dan mengarahkannya menuju kepada kedewasaan serta menanamkan nilai moral dan sosial yang berlaku di masyarakat. Di samping itu orang tua juga harus mampu mengembangkan potensi anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan kepribadian dengan penuh tanggungjawab dan penuh kasih sayang. Secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa), baik secara fisik, sosial, ekonomi, maupun moral serta keagamaannya.
Orang tua berperan menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anak-anaknya bertumbuh sehat dengan postur tubuh yang lebih baik, maka anak-anak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental supaya anak-anak tumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana belajar yang memadai. Sedangkan secara sosial supaya anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul mengaktualisasi diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya.
Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat pendidikan dasar utama untuk dewasa anak, juga merupakan tempat anak didik pertama kali menerima pendidikan dan bimbingan dari orang tua atau dari anggota keluarganya.
Orang tua bertanggungjawab untuk membina anak-anaknya dan mensejahterakan kehidupan mereka. Adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (jasmani) dan mental (rohani). Dan tanggungjawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggungjawab pembinaan mental rohaninya.Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua dan cara orang dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan orang tua yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang diperoleh anak dari orang tuanya.
Jika sejak kecil anak telah diberikan perhatian yang cukup dari orang tuanya, biasanya anak akan memiliki motivasi yang kuat untuk membahagiakan orang tua dengan memberikan prestasi yang baik. Meskipun orang tua sibuk bekerja, tapi anak tetap memiliki motivasi karena anak percaya bahwa sekalipun orang tua jarang berada di dekatnya, namun perhatian orang tua tidak hilang.
Lingkungan rumah dan pendidikan orang tua yang diberikan kepada anaknya dapat membentuk atau merusak masa depan anak. Jadi, motivasi dan prestasi anak bergantung kepada seberapa besar peran orang tua dalam membantu, mendukung, serta mengontrol anak dalam belajar matematika.

Minggu, 27 September 2015

Bagaimana Kritik Islam Terhadap Kapitalisme?




Dr. M. Amien Rais (Cakrawala Islam, 1991) mengatakan bahwa kapitalisme pada hakikatnya hanyalah “hasil sampingan” (by product) dari filsafat politik yang bernama liberalisme, yang berkembang di Zaman Pencerahan (enlightenment) pada abad ke-18 di Eropa. Semangat liberalisme itu mengajarkan bahwa pada dasarnya manusia sama sekali tidak jahat, dan sejarah umat manusia dapat disimpulkan sebagai sejarah kemajuan (progress) yang menuju kepada suatu tatanan rasional dalam kehidupan, sehingga tuntutan spiritual dari lembaga agama apa pun tidak lagi diperlukan.
Filsafat politik liberalisme, dengan didorong rasionalisme yang menyatakan bahwa  rasio manusia dapat menerangkan segala hal di dunia ini secara komprehensif dan tuntas, kemudian melahirkan kapitalisme. Sesuai dengan prinsip laissez faire, laissez passer, mekanisme pasar yang terdiri atas penawaran dan permintaan (supply and demand) akan mengatur kegiatan  ekonomi masyarakat secara sebaik-baiknya.  Tangan yang tidak kelihatan (the invisible-hand) dalam mekanisme ekonomi pasar itu akan mengatur kegiatan ekonomi masyarakat secara paling rasional, dan karena itu dapat menciptakan kesejahteraan sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Tetapi ternyata kemudian bahwa kapitalisme itu justru menimbulkan suatu masyarakat yang sangat tidak egalitarian dan menciptakan kesengsaraan bagi rakyat banyak, disamping munculnya  keserakahan pendukung kapitalisme serta individualisme yang menyebabkan alienasi.
Kegagalan kapitalisme menghantarkan masyarakat menuju tatanan idealnya,  tentu bukan hanya terkait dengan problematik praktikalnya, tapi diyakini  berangkat dari kesalahan yang bersifat sangat fundamental. Yakni bahwa kapitalisme sejak awal mulai dari asas, pandangan tentang problematika ekonomi dan sejumlah gagasan-gagasan derivasinya memang telah keliru. Sesuatu yang telah keliru pondamennya, pasti hasil akhirnya juga akan keliru. Oleh karenanya,  dampak buruk yang ditimbulkan kapitalisme di tengah masyarakat adalah wajar belaka.
Bila diperhatikan secara seksama,  terdapat tiga pandangan utama yang sesungguhnya membangun sistem ekonomi kapitalis.  Pertama, pandangan tentang konsep kelangkaan (scarcity) barang dan jasa. Kedua,  pandangan tentang konsep nilai (value) suatu barang dan jasa yang dihasilkan. Ketiga, pandangan tentang konsep harga dan peranannya dalam produksi, konsumsi, dan distribusi. Dan dengan pengkajian yang mendalam, maka akan nampak beberapa kesalahan dan kelemahan mendasar pada pandangan-pandangan tersebut.

Jumat, 25 September 2015

Bagaimana Manusia dalam Pandangan Islam?



Manusia dalam Pandangan Islam
1)      Dualisme Pandangan Tentang Manusia
*      Manusia menurut pandangan Barat sangat mengunggulkan aspek fisik semata. Paradigma ini didasari oleh paham Humanisme-Rasionalisme, yang kemudian melahirkan berbagai golongan sebagai berikut:
a.       Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi.
b.      Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:
·      Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.
·      Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.
c.       Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

*      Manusia menurut pandangan Islam, adalah meliputi; aspek Insaniah dan Basyariah.
Ukhuwah Insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama manusia yang disebut brotherhood humanities. Semua umat manusia sebagai makhluk social tidak mungkin dapat hidup sendirian, karena itu satu sama lain hakekatnya saling membutuhkan untuk berinteraksi. Hubungan yang lain, seperti hubungan  ekonomi, politik, peradaban, kebudayaan, dan lain  sebagainya.

2)      Manusia Dalam Al-Qur’an
*      Al-Insan ; harmonis, berperangai baik, fisik yang sempurna (at-Tin: 4).
*      Al-Basyar; Yang terbuat dari tanah (Shaad: 71), Sosok yang baik dan indah (QS. aL-Kahf:110), mahluk berkembang biak (ar-Rum:20), yang memiliki Ruh (Shaad:71), yang bertanggungjawab (QS. Al-Hijr: 28), khalifah (al-Baqarah:30)
*      Bani Adam; Anak keturunan Adam, yakni; manusia, masyarakat, dll.

Manusia, dengan demikian diakui Islam unggul dalam kedua aspeknya, yaitu Jasad dan Rohani, atau Fisik dan Non-Fisik.           

3)      Potensi Manusia
*      Potensi mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam
Menyusun konsep, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan, serta melaksanakannya.
*      Potensi menggapai surga (kenikmatan abadi)
Pengalaman Adam-Hawa di Surga.
*      Potensi memahami petunjuk-petunjuk keagamaan
Oleh karena fitrahnya, manusia memiliki gabungan berbagai unsur; antara ruh dan nafs, akal dan kalbu.

4)      Unsur-Unsur Kemanusiaan Islam
a.       Nafs (nafsu)
Wadah kebaikan dan keburukan (QS. As-Syams: 7-8), Totalitas potensi manusia (QS. Al-Ra’d: 11)
·      an-Nafsu al-Lawwamah
·      an-Nafsu al-Amarah
·      an-Nafsu al-Muthmainnah
b.      Ruh (rohani)
Ruh adalah urusan-Ku (QS. Al-Isra:85)
·      Ruh untuk manusia pilihan Allah (QS. Al-Mu’min:15)
·      Ruh untuk manusia mu’min (QS. Al-Mujadalah: 22)
·      Ruh untuk seluruh manusia
c.       Al-‘Aql (akal)
Kata al-’Aql tidak disebutkan dalam al-Qur’an kecuali dalam bentuk kata kerja (masa kini, dan masa lampau), yang arti harfiahnya; “ikatan”, “tali pengikat”, atau “penghalang”.
·      Ya’qiluhaa = daya untuk memahami, mendeskripsikan sesuatu (QS. Al ’Ankabut: 43)
·      Ta’qiluun = dorongan moral, motivasi (QS. Al-An’am: 151)
·      Na’qilu = kekuatan untuk mengambil hikmah, kesimpulan (QS. Al-Mulk: 10)
d.      Al-Qalb (kalbu; hati/jantung)
Bermakna “membalik”, sebagaimana sifat hati yang seringkali berbolak-balik (susah-senang, setuju-tidak setuju).
·      hati yang baik (QS. Ali ‘Imran:151)
·      hati orang kafir (QS. al-Hujarat: 7)

Selasa, 08 September 2015

How to Read a Math Book




Summary:
You can’t read a math book the way you read other books. It takes a special approach to read math, not just pass your eyes over it. You may need as long as half an hour to get through one page, but you will understand it when you’re done.

Two Kinds of Reading
In this article, Chan-Ho Suh neatly summed up the “two kinds of understanding a math text. The first is in being able to follow, reconstruct, etc. a proof [or solution method]. The second lies in rewiring one’s brain so that it’s obvious why the theorem is true” or why the solution works. “Contrary to impressions you may have garnered from your math courses, the first kind of understanding is not the primary goal, but the second kind definitely is.”
What not to Do
Don’t memorize too much. Many students try to commit everything to memory. Math doesn’t work like that: you are learning methods of problem solving. If you treat the material like a mass of unrelated facts, it will be a big jumble in your head and you’ll very naturally feel frustrated.
True, there are a few formulas you’ll need to have available. Write them down on one cheat sheet”. Look at them in odd moments and practice saying them over to yourself. Then write then down at the start of any test.
Don’t start with the homework problems. The assigned problems are not “the homework”. They’re the last part of the homework. The first part is reading and understanding today’s section of the textbook.
Most students can’t just listen to the lecture and then immediately solve the homework problems. The textbook is there to reinforce your understanding of what was covered in class and to explain points the lecture didn’t have time to cover.
Don’t be afraid to go back. Math is relentlessly cumulative. If you don’t understand something in today’s lesson, perhaps it’s because you didn’t really understand something in an earlier lesson, or you’ve forgotten it. Go back and re-learn that earlier material.
Granted, it can be discouraging to go back to an earlier section of the book. But you are not moving backward. You’re still making progress because you’re strengthening your understanding of that earlier concept.
What to Do
First skim for an overview. Nobody understands something complex on first reading: about all you can hope to do is get a general sense of what it’s about and perhaps one or two of the main points of the argument. That doesn’t mean there’s anything wrong with you; it’s how almost everyone’s mind works. That first reading just lays the framework for you to fill in later with details.
Then reread with concentration. Read slower this time. Highlight important points for further study. (Don’t overdo the highlighting. Distinguish key points and highlight them; that should be well under 50% of the text. Color-code if that helps you.)
Some students find it helpful to take notes on separate paper while reading. If you’ve never done this, you might want to give it a try. You may find that it helps focus your mind and fit the concepts together better.
Go through each step of each example. Don’t read; write. Many examples have some steps left out; you should write down a complete solution with all steps. Make sure you understand how the book gets from each step to the next step.
This is where many students shortchange themselves. There’s a huge tendency to hit an example and have the eyes just jump to the next bit of English. But remember that you learn math by doing, not by reading. You need to work each example to understand the concept.
Fill in any gaps. If there are still any words or concepts you don’t understand, go back to the book and learn them. If you need to, put them on the list to talk over with your study buddy or with a Baker Center tutor, or see your instructor outside of class if s/he’s available.
Whatever you do, get those problems cleared up before the next class so that they don’t interfere with your understanding that lecture.
Think about what you’ve read. Fit it in with what you already know. Is this a more general version of a specific case you learned earlier? Is this a shorter method for something you previously learned to do a longer way? Does this use something you learned previously that looked useless at the time?
Make it your own. Can you explain this to someone else? (This is where a study group really shines.) If there’s no one else available, can you explain it aloud, without stumbling? If you can do that, you probably understand it. Don’t shortchange yourself here! “I sort of get it” means you need to go over it again (but maybe after a break).
Do the homework problems. If you don’t understand how to do one, look back in the book for a similar problem. Don’t just push numbers at it; make sure you understand the example and see how to apply it.