Jumat, 25 September 2015

Bagaimana Manusia dalam Pandangan Islam?



Manusia dalam Pandangan Islam
1)      Dualisme Pandangan Tentang Manusia
*      Manusia menurut pandangan Barat sangat mengunggulkan aspek fisik semata. Paradigma ini didasari oleh paham Humanisme-Rasionalisme, yang kemudian melahirkan berbagai golongan sebagai berikut:
a.       Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama, tapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi.
b.      Rasionalisme atau gerakan rasionalis adalah doktrin filsafat yang menyatakan bahwa kebenaran haruslah ditentukan melalui pembuktian, logika, dan analisis yang berdasarkan fakta, daripada melalui iman, dogma, atau ajaran agama. Rasionalisme mempunyai kemiripan dari segi ideologi dan tujuan dengan humanisme dan atheisme, dalam hal bahwa mereka bertujuan untuk menyediakan sebuah wahana bagi diskursus sosial dan filsafat di luar kepercayaan keagamaan atau takhayul. Meskipun begitu, ada perbedaan dengan kedua bentuk tersebut:
·      Humanisme dipusatkan pada masyarakat manusia dan keberhasilannya. Rasionalisme tidak mengklaim bahwa manusia lebih penting daripada hewan atau elemen alamiah lainnya. Ada rasionalis-rasionalis yang dengan tegas menentang filosofi humanisme yang antroposentrik.
·      Atheisme adalah suatu keadaan tanpa kepercayaan akan adanya Tuhan atau dewa-dewa; rasionalisme tidak menyatakan pernyataan apapun mengenai adanya dewa-dewi meski ia menolak kepercayaan apapun yang hanya berdasarkan iman. Meski ada pengaruh atheisme yang kuat dalam rasionalisme modern, tidak seluruh rasionalis adalah atheis.
c.       Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang menyatakan bahwa semua pengetahuan berasal dari pengalaman manusia. Empirisme menolak anggapan bahwa manusia telah membawa fitrah pengetahuan dalam dirinya ketika dilahirkan.

*      Manusia menurut pandangan Islam, adalah meliputi; aspek Insaniah dan Basyariah.
Ukhuwah Insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama manusia yang disebut brotherhood humanities. Semua umat manusia sebagai makhluk social tidak mungkin dapat hidup sendirian, karena itu satu sama lain hakekatnya saling membutuhkan untuk berinteraksi. Hubungan yang lain, seperti hubungan  ekonomi, politik, peradaban, kebudayaan, dan lain  sebagainya.

2)      Manusia Dalam Al-Qur’an
*      Al-Insan ; harmonis, berperangai baik, fisik yang sempurna (at-Tin: 4).
*      Al-Basyar; Yang terbuat dari tanah (Shaad: 71), Sosok yang baik dan indah (QS. aL-Kahf:110), mahluk berkembang biak (ar-Rum:20), yang memiliki Ruh (Shaad:71), yang bertanggungjawab (QS. Al-Hijr: 28), khalifah (al-Baqarah:30)
*      Bani Adam; Anak keturunan Adam, yakni; manusia, masyarakat, dll.

Manusia, dengan demikian diakui Islam unggul dalam kedua aspeknya, yaitu Jasad dan Rohani, atau Fisik dan Non-Fisik.           

3)      Potensi Manusia
*      Potensi mengetahui nama dan fungsi benda-benda alam
Menyusun konsep, mengembangkan, dan mengemukakan gagasan, serta melaksanakannya.
*      Potensi menggapai surga (kenikmatan abadi)
Pengalaman Adam-Hawa di Surga.
*      Potensi memahami petunjuk-petunjuk keagamaan
Oleh karena fitrahnya, manusia memiliki gabungan berbagai unsur; antara ruh dan nafs, akal dan kalbu.

4)      Unsur-Unsur Kemanusiaan Islam
a.       Nafs (nafsu)
Wadah kebaikan dan keburukan (QS. As-Syams: 7-8), Totalitas potensi manusia (QS. Al-Ra’d: 11)
·      an-Nafsu al-Lawwamah
·      an-Nafsu al-Amarah
·      an-Nafsu al-Muthmainnah
b.      Ruh (rohani)
Ruh adalah urusan-Ku (QS. Al-Isra:85)
·      Ruh untuk manusia pilihan Allah (QS. Al-Mu’min:15)
·      Ruh untuk manusia mu’min (QS. Al-Mujadalah: 22)
·      Ruh untuk seluruh manusia
c.       Al-‘Aql (akal)
Kata al-’Aql tidak disebutkan dalam al-Qur’an kecuali dalam bentuk kata kerja (masa kini, dan masa lampau), yang arti harfiahnya; “ikatan”, “tali pengikat”, atau “penghalang”.
·      Ya’qiluhaa = daya untuk memahami, mendeskripsikan sesuatu (QS. Al ’Ankabut: 43)
·      Ta’qiluun = dorongan moral, motivasi (QS. Al-An’am: 151)
·      Na’qilu = kekuatan untuk mengambil hikmah, kesimpulan (QS. Al-Mulk: 10)
d.      Al-Qalb (kalbu; hati/jantung)
Bermakna “membalik”, sebagaimana sifat hati yang seringkali berbolak-balik (susah-senang, setuju-tidak setuju).
·      hati yang baik (QS. Ali ‘Imran:151)
·      hati orang kafir (QS. al-Hujarat: 7)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar